• Senin, 08 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Guru Mapel Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Sangatta, Novita Rahayu.(Achmad Rizki/Kutairaya)


SANGATTA,(Kutairaya.com): Novita Rahayu, wanita kelahiran Kudus pada 6 November 1975, menjadi salah satu sosok yang terus menggaungkan pentingnya literasi di Kutai Timur (Kutim).

Kiprahnya yang panjang di dunia pendidikan menjadikannya sebagai figur yang mampu menginspirasi banyak kalangan, mulai dari peserta didik, mahasiswa, hingga masyarakat luas yang kerap bersinggungan dengan kegiatan literasi yang ia gerakkan.

Di lingkungan pendidikan formal, Novita dikenal sebagai tenaga pengajar yang memiliki dedikasi tinggi.

Ia mengajar di SMA Negeri 1 Sangatta Selatan, yang merupakan salah satu sekolah unggulan di Kutim, tempat ia tidak hanya menjalankan peran sebagai guru, tapi juga memikul tanggung jawab sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum.

Jabatan tersebut menuntutnya untuk memastikan seluruh proses pembelajaran berjalan baik, terukur, dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

Kesibukan Novita tidak berhenti pada tugas struktural.

Ia juga menjadi pembina ekstrakurikuler kepenulisan dan jurnalistik, di sekolah yang sama.

Lewat ruang ini, dia membimbing peserta didik untuk meningkatkan literasi melalui pengenalan dunia pers, menulis berita, dan menuangkan gagasan mereka secara kreatif.

Banyak murid mengaku telah mendapatkan pengalaman berharga dari pendampingannya.

Tak hanya itu, Novita juga dipercaya sebagai Koordinator Literasi Sekolah.

Peran ini membuatnya menjadi motor penggerak berbagai program literasi, seperti pojok baca, lomba menulis, diskusi buku, hingga pengembangan karya peserta didik.

Menurutnya, pengenalan hingga peningkatan literasi harus ditanamkan sejak dini, untuk membentuk karakter dan pola pikir yang kritis.

Peran Novita tidak terbatas di bangku sekolah. Ia juga aktif sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Ekonomi Nusantara (STIEN). Di perguruan tinggi tersebut, ia mengajar mata kuliah terkait bahasa, komunikasi dan kepenulisan.

Kehadirannya memberi warna baru bagi mahasiswa, yang ingin mengembangkan kemampuan literasi akademik maupun kreatif.

Selain aktif mengajar, ia juga dikenal sebagai penulis produktif.

Ia telah melahirkan berbagai karya tulis mulai dari cerpen, puisi hingga novel.

Salah satu karyanya yang dikenal pembaca adalah cerpen berjudul Warisi Aku Rasa Malu.

Karyanya yang lain termasuk antologi puisi Buku Hitam serta sebuah novel bertema romansa berjudul Rahasia Cinta yang mendapat apresiasi dari rekan sesama penulis.

Ia juga menulis untuk segmen pembaca anak-anak. Salah satu karyanya berjudul Bekantan Yang Sibuk.

Buku tersebut mengangkat nilai-nilai sederhana, namun dekat dengan kehidupan anak.

Di luar itu, Novita juga menulis buku muatan lokal Bahasa Kutai dan Seni Budaya, untuk jenjang SD hingga SMP, sebuah kontribusi penting dalam menjaga identitas budaya daerah.

Menariknya, kemampuan menulis yang kini menjadi bagian besar dari hidupnya justru bermula dari keterpaksaan.

Ia mengaku ketika menempuh pendidikan di Universitas Negeri Malang pada 1998 jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia mengharuskannya belajar menulis secara serius.

"Saya terjun ke dunia tulis-menulis bukan karena hobi, tapi karena tuntutan jurusan," ucap Novita saat menghadiri pelaksanaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW), di Hotel Royal Victoria, Selasa (18/11/2025)

Namun perjalanan yang dimulai tanpa kecintaan itu lambat laun menjadi sesuatu yang ia tekuni sepenuh hati.

Setiap tugas kuliah, setiap latihan menulis, dan setiap kritik dari dosen menjadi fondasi yang menguatkan langkahnya.

Dari proses panjang itu, perlahan tumbuh rasa nyaman, hingga akhirnya menulis menjadi bagian dari jati dirinya.

Ia menilai, menulis bukan semata aktivitas akademik, tapi cara untuk menyampaikan pemikiran, pengalaman, dan nilai-nilai kehidupan.

Dalam hal ini, setiap orang punya cerita yang layak dibagikan, dan literasi menjadi jembatan agar cerita itu sampai dan memberi makna bagi orang lain.

Perjalanannya hingga mencapai titik ini tentu tidak mudah.

Ia menuturkan proses belajar adalah sesuatu yang harus dilakukan terus-menerus.

"Untuk mencapai ini semua tidaklah mudah. Saya harus belajar dan terus belajar," katanya.

Kemampuan tidak datang dalam sekejap, melainkan hasil dari tekad, konsistensi, dan kesabaran.

Dengan segala pengalaman dan karya yang telah dihasilkan, ia menjadi sosok penting dalam dunia literasi di Kutim.

Ia terus berkomitmen untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis, sekaligus memotivasi generasi muda agar berani berkarya dan tidak takut memulai dari hal kecil.

Literasi adalah warisan berharga yang harus terus dijaga. (ary)



Pasang Iklan
Top