
Kepala Sekolah SMPN 6 Tenggarong, James Marpaung.(Andri wahyudi/kutairaya)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Perjalanan panjang dan penuh lika-liku dilalui Kepala SMPN 6 Tenggarong, James Marpaung, sebelum akhirnya memimpin salah satu sekolah di wilayah pinggiran Tenggarong, yang kini terus menunjukkan berbagai capaian membanggakan.
James mengawali karier sebagai guru honorer di SMPN 2 Tenggarong pada tahun 2002, dengan honor pertama sebesar Rp 250.000.
Enam tahun menjalani profesi tersebut, pada 2008 ia resmi diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan tetap bertugas di sekolah yang sama.
"Di SMPN 2 Tenggarong saya mengabdi dan menjalani hampir semua tugas tambahan, kecuali bendahara. Terakhir saya menjabat sebagai wakil kepala sekolah," ujarnya, Senin (17/11/2025).
Pada 2021, ia mendapat rekomendasi untuk mengikuti seleksi calon kepala sekolah dan berhasil lolos hingga mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Setahun berselang, ia dipercaya menjadi Kepala SMPN 2 Tabang, wilayah yang cukup jauh dari pusat kota.
Di sana, ia berupaya membangun sekolah meski dalam berbagai keterbatasan.
Tugasnya bertambah berat ketika ia juga ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SMPN 3 Tabang.
Namun sebuah peristiwa tak terlupakan terjadi saat ia dalam perjalanan pulang dari Tabang menuju rumahnya di Sebulu.
Ia mengalami kecelakaan tunggal yang menyebabkan bahunya patah dan harus menjalani operasi.
"Perjalanan sekitar 30 kilometer itu menjadi momen yang tidak akan saya lupakan," ujarnya.
Usai masa pemulihan, pada 2023 James dipindahkan menjadi Kepala SMPN 6 Tenggarong.
Kini, sudah dua tahun ia memimpin sekolah tersebut.Di bawah kepemimpinannya, SMPN 6 Tenggarong mencatat sejumlah prestasi membanggakan.
Sekolah ini berhasil meraih predikat Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi, yang penghargaan resminya diserahkan langsung oleh Gubernur Kaltim.
"Dengan kondisi sekolah yang berada di pinggiran, bukan di pusat kota, capaian ini sangat luar biasa," kata James.
Tidak hanya itu, perpustakaan sekolah juga meraih juara III lomba perpustakaan tingkat Kabupaten Kutai Kartanegara.
Selain itu, beberapa murid sukses menorehkan prestasi bergengsi, terutama di cabang olahraga bulu tangkis, hingga mewakili sekolah dalam turnamen nasional yang digelar di Jawa.
Prestasi gurupun tak kalah membanggakan. Guru olahraga SMPN 6 Tenggarong, Ervina sukses meraih medali perunggu dalam Pekan Olahraga ASN yang digelar di Palembang.
Saat ini sekolah juga tengah berproses menuju predikat Kandidat Sekolah Rujukan Google (KSRG).
James mengaku hampir tidak memiliki banyak duka selama menggeluti profesinya.
Ia memaknai pekerjaannya sebagai ibadah sehingga setiap perjalanan, termasuk harus berangkat sejak pukul 05.30 WITA dan pulang pada pukul 18.00 WITA, tidak menjadi beban.
"Saya senang berjumpa dengan siswa setiap hari. Ada kebanggaan ketika dapat memberi manfaat bagi sekolah. Rasa lelah itu tidak sebanding dengan kepuasan yang saya dapatkan. Itu jauh lebih berharga dari uang,"ucapnya.
Namun, ia tak menampik ada satu hal yang kerap membuatnya sedih, ketika ada murid yang putus sekolah.
"Kami sudah berusaha mempertahankan, tetapi kadang keputusan orangtua tidak bisa diganggu. Itu duka yang paling besar bagi saya," ucapnya.
James memberikan pesan kepada seluruh guru agar tetap semangat dalam menjalankan tugas mulia sebagai pendidik.
"Jangan hanya melihat pekerjaan ini sebagai kewajiban semata. Jadikan sebagai ibadah. Ketika bekerja dengan niat baik, semuanya jadi terasa ringan. Guru adalah cahaya bagi banyak orang, jangan pernah padam." tuturnya. (dri)