
Penampilan Tali Muli Bekipas dari Sanggar Tari Nawadikara di Simpang Odah Etam (SOE).(Foto: Achmad Nizar/Kutairaya)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Sebuah sanggar tari baru mulai mencuri perhatian di berbagai panggung seni di Kukar. Sanggar Tari Nawadikara, yang baru terbentuk pada Oktober 2025, kini perlahan sudah menunjukkan eksistensinya melalui berbagai penampilan di sekolah, tempat wisata hingga panggung dari Pemerintah Daerah.
Pembina Sanggar Tari Nawadikara Luki Annisa menjelaskan, sanggar ini lahir dari bakat dan minat kuat beberapa anak yang memiliki kecintaan besar pada dunia tari.
"Nawadikara ini sebenarnya baru, benar-benar baru beberapa bulan dirilis. Terbentuk karena melihat bakat anak-anak, salah satunya anak saya sendiri yang belajar tari secara otodidak melalui Youtube," ungkap Annisa pada Kutairaya.com usai tampil di ajang SOE, Minggu (16/11/2025) malam.
Nama Nawadikara sendiri memiliki makna tersendiri, yaitu seseorang yang memiliki jiwa seni dan selalu ingin menampilkan karya sebaik mungkin. Makna ini menjadi dasar harapan sanggar, agar para anggotanya terus mengembangkan kemampuan atau bakatnya.
Sejak terbentuk sebulan lalu, Nawadikara sudah beberapa kali tampil di acara sekolah dan tempat wisata di Tenggarong Seberang. Dan pada Minggu (16/11/2025) malam kemarin, mereka mendapat kesempatan untuk tampil pada acara Simpang Odah Etam, sebuah panggung seni dari Pemerintah Daerah.
Pada kesempatan itu, Nawadikara membawakan tarian Tali Muli Bekipas dari Lampung sebagai penampilan mereka di SOE.
"Ini pertama kali tampil di Simpang Odah Etam, dan kami membawa tarian Tali Muli Bekipas, walaupun hujan rintik-rintik semangat kami tetap besar, " katanya.
Sebagai sanggar baru yang beranggotakan tiga orang, ia mengaku sudah terdapat kendala yang harus mereka hadapi, seperti ketersediaan kostum.
"Karena tidak tergabung dalam sanggar besar, tantangannya ada di pengadaan kostum. Saat ini masih merental, jadi harapannya ke depan kami punya kostum sendiri agar tidak terbebani biaya rental," tambahnya.
Meski begitu, Ia menegaskan, untuk perkembangan anak-anak harus terus didukung. Jangan sampai kendala seperti kostum menghambat kreativitas mereka.
Berbeda dengan sanggar yang fokus pada satu jenis tari, Nawadikara berkomitmen menjadi sanggar yang menguasai tarian dari seluruh Nusantara.
Saat ini mereka telah mempelajari tari Dayak Kreasi, dan tengah mendalami tari Gandrung Banyuwangi yang rencananya akan dibawakan pada acara pergantian tahun di Bukit Mahoni, Tenggarong Seberang.
"Memang ingin universal, tidak fokus pada satu daerah saja. Targetnya mereka bisa menguasai banyak tarian dari Nusantara," tuturnya.
Walau masih beranggotakan tiga anak yang kebetulan satu kelas, mimpi mereka tidak kecil. Ia berharap, suatu saat bisa tampil tidak hanya di tingkat kabupaten, tapi menembus panggung provinsi bahkan nasional.
"Ini talenta yang tidak semua orang punya. Kami akan support seribu persen. Harapannya anak-anak ini tidak berhenti sampai di sini. Perjalanan mereka masih panjang dan kami akan terus mendampingi," demikian. (*zar)