• Senin, 08 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Penampilan dari penari Sanggar Tari Marendeng.(Dok: Sanggar Tari Marendeng)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Dengan minimnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Sanggar Tari Marendeng tetap konsisten menjaga dan melestarikan kesenian Toraja di Kukar.

Sanggar ini berdiri sejak tahun 2008, dan konsisten menjadi wadah bagi masyarakat untuk mempelajari sekaligus mempertahankan budaya Toraja agar tidak hilang. Sanggar Tari Marendeng saat ini berlokasi di Kecamatan Muara Badak.

Ketua Sanggar Tari Marendeng, Frans Rande mengungkapkan, sanggar mereka telah belasan kali mengajukan proposal bantuan kepada pemerintah, namun hingga kini belum pernah terealisasi.

"Sejak tahun 2008 berdiri, hampir setiap tahun kita masukkan proposal. Tapi belum pernah terwujud," ujar Frans pada Kutairaya saat dihubungi, Sabtu (15/11/2025).

Menurut Frans, nama Marendeng sendiri diambil dari bahasa Toraja yang berarti “awet”. Filosofinya, sanggar ini diharapkan mampu terus bertahan dan menjaga kelestarian budaya Toraja, meski menghadapi berbagai kendala.

“Marendeng itu artinya awet. Harapan kami, usaha dan sanggar ini bisa terus ada, jangan sampai luntur,” jelasnya.

Sanggar Tari Marendeng fokus mempertahankan berbagai tarian adat Toraja dan tarian kreasi lainnya. Menariknya, sanggar ini terbuka untuk siapa saja, tidak hanya bagi warga keturunan Toraja.

"Bukan cuma orang Toraja saja yang bisa ikut. Siapapun yang ingin belajar dan bergabung, kita terima, walaupun dari suku lain," katanya.

Sebelumnya, sanggar ini cukup aktif di berbagai kegiatan budaya di Kukar. Pada masa kepemimpinan bupati-bupati sebelumnya, bahkan Sanggar ini sering diundang tampil pada event besar seperti Festival Erau.

Saat ini, dengan keterbatasan perlengkapan tari dan dana, sanggar ini hanya mampu tampil di kegiatan-kegiatan di daerah Muara Badak.

"Kita sering diundang tampil, tapi mau tampil saja kita tidak punya peralatan. Kalau ada bantuan dari pemerintah, pasti akan lebih mudah bagi kami untuk bergerak," ungkapnya.

Sanggar Marendeng memiliki lebih dari 20 anggota, yang semuanya tetap berlatih dan melestarikan budaya Toraja dengan semangat meski tanpa dukungan dari pemerintah.

Ia berharap, nantinya akan ada kepedulian dari pemerintah agar sanggar dapat berkembang dan dapat tampil kapan pun dibutuhkan.

"Yang penting adalah dana dari pemerintah. Jadi kalau ada acara di Kukar atau dimanapun, kalau kami dipanggil, kami bisa tampil," tukasnya. (*zar)



Pasang Iklan
Top