• Senin, 08 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Kabid Kebudayaan Disdikbud Kukar Puji Utomo.(Foto: Achmad Nizar/Kutairaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Seni dan budaya masih hidup dan berkembang di setiap kecamatan Kukar. Dari wilayah pesisir hingga pedalaman, kelompok-kelompok seni terus tumbuh dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kukar.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar mencatat, hingga tahun 2024 sudah ada 265 kelompok seni yang terdaftar dan memiliki Nomor Induk Kesenian (NIK). Total kesenian tersebut telah terbagi dalam beberapa jenis kesenian, mulai dari Seni Tari, Musik, Teater, Pertunjukkan dan lainnya.

Jumlah tersebut menunjukan betapa meratanya perkembangan seni di seluruh kecamatan di Kukar. Mulai dari Samboja, Muara Badak, Muara Muntai, Bensamar, Pondok Labu, Sabitulung, hingga Kedang Ipil,

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo menyampaikan, pihaknya akan terus berupaya memberikan wadah dan dukungan bagi para pelaku seni di daerah.

"Kelompok-kelompok seni di Kukar harus memiliki NIK, karena dengan NIK itu mereka bisa kami data, bantuan bahkan diundang untuk tampil di berbagai pertunjukan," ujar Puji pada Kutairaya.com di Tenggarong, Rabu (12/11/2025)

Melalui NIK, para seniman bisa mendapatkan berbagai bentuk bantuan, mulai dari pakaian pertunjukan, peralatan seni, hingga insentif sesuai kemampuan anggaran pemerintah daerah.

"Kami bantu sebisa kami. Melihat kondisi sekarang bantuan disesuaikan dengan kemampuan anggaran," tambahnya.

Pihaknya juga memfasilitasi berbagai kegiatan seni di berbagai tempat. Beberapa panggung menjadi tempat berkumpulnya para seniman, seperti Taman Titik Nol dan Taman Tanjung di Tenggarong. Selain itu, pentas juga kadang digelar langsung di desa-desa Kukar.

"Kami tidak membatasi harus tampil di kota saja. Kadang pentas digelar di desa seperti di Kedang Ipil atau di daerah lain yang punya sanggar," tuturnya.

Dengan jumlah yang banyak kelompok kesenian, hal ini pastinya tak mudah bagi Disdikbud Kukar sendiri, beberapa kendala pasti akan ada seperti terbatasnya anggaran saat ini.

"Ya, kendala utama memang anggaran. Tapi kami tidak pesimis. Dengan kemampuan yang ada, kami tetap berusaha memperhatikan seniman-seniman yang ada Kukar," sebutnya.

Ia berharap, masyarakat dapat terus menggali dan melestarikan seni-seni tradisional khas Kutai di setiap wilayah.

"Masyarakat kami harapkan bisa mengembangkan seni tradisional daerahnya masing-masing. Setiap daerah punya kekhasan sendiri, baik dari tarian, musik, maupun rupa budayanya," katanya.

Sementara itu, salah satu kelompok Seni yang sudah lama berkecimpung dan terdaftar dalam NIK yakni Yayasan Bebaya. Yayasan Bebaya ini sudah berkecimpung dalam kesenian sejak 2015 dengan total anggota sekarang mencapai 130.

Ketua Harian Sanggar Tari Bebaya, Dwi Sufianningrum Maulidin Niyanti menyampaikan, pihaknya telah mengurus NIK sejak tahun 2015, meskipun saat ini tengah proses perpanjangan.

"Kami sudah memiliki NIK sejak 2015 dan saat ini sedang mengurus perpanjangannya. Dengan adanya NIK, kami lebih mudah terdata dan diakui sebagai bagian dari kesenian daerah," ujarnya.

Meski begitu, ia mengaku untuk dukungan dari pemerintah masih perlu ditingkatkan, terutama dalam fasilitas.

"Selama ini Disdikbud lebih banyak memberikan wadah untuk tampil, dan itu kami apresiasi. Tapi kalau ditanya cukup atau belum, ya tentu belum. Kami ini independen, berdiri sendiri, jadi sedikit bantuan saja sangat berarti," ungkapnya.

Baginya, keberadaan kelompok seni seperti Bebaya bukan hanya tentang hiburan, tapii juga tentang tanggung jawab untuk menjaga warisan budaya agar tidak hilang.

"Kami berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan kami, karena apa yang kami lakukan ini sebenarnya untuk menjaga budaya daerah. Tanpa bantuan pun kami tetap bergerak, apalagi kalau dibantu, pastinya bisa berkembang lebih," harapnya.

Disisi lain pengamat budaya Awang Rifani pun memberikan tanggapan dengan kondisi kesenian saat ini. Ia menilai, terkait langkah Disdikbud Kukar dalam membina kelompok seni sudah berjalan bagus.

"Untuk mewujudkan Kukar berbudaya, tidak bisa kerja satu pihak. Pemerintah memang punya peran penting, tapi komunitas dan masyarakat juga harus ikut aktif," ucap Awang

Menurutnya, pembinaan bisa dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, menyesuaikan kemampuan anggaran dan jumlah komunitas yang terus bertambah.

"Memang tidak bisa semua dibantu sekaligus, tapi harus dibuat mekanisme bergilir. Tahun ini bantu kelompok A, tahun depan kelompok lainnya. Dengan begitu, semua bisa merasakan manfaatnya," jelasnya.

Ia juga mengapresiasi peran Disdikbud dan Dinas Pariwisata yang selama ini menyediakan panggung dan ruang tampil bagi para seniman.

"Itu upaya yang positif, karena seni akan tumbuh kalau ada ruang berekspresi. Yang penting sekarang, bagaimana menciptakan atmosfer yang baik bagi kebudayaan untuk terus berkembang. Itu tanggung jawab kita semua," pungkasnya. (*zar)



Pasang Iklan
Top