• Sabtu, 11 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Penari dari Jonok Art Studio.(Dok: Jonok Art Studio)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) : Ditengah perkembangan zaman, Jonok Art Studio hadir sebagai salah satu sanggar tari profesional yang terus aktif melestarikan seni budaya di Kecamatan Samboja.

Sanggar ini dikenal bukan hanya karena kiprahnya dalam dunia seni tari, tapi juga karena komitmennya membina generasi muda lewat seni budaya, khususnya seni Kutai.

Jonok Art Studio didirikan oleh AS Sabirin, seorang seniman yang sudah lama aktif di dunia seni tari. Sanggar ini awalnya bernama Sanggar Tari Benaung yang berdiri pada tahun 2021. Berjalannya waktu, pada tahun 2023 sanggar ini berganti nama menjadi Jonok Art Studio setelah mendapat masukan dari salah satu sanggar tari besar di Indonesia.

"Waktu masih pakai nama Benaung, kesempatan tampil masih minim, setelah bertemu dengan salah satu penggerak seni nasional, kami mengganti nama jadi Jonok, dan sejak itu semakin dikenal," ujar Sabirin pada Kutairaya.com, melalui via telepon, Rabu (8/10/2025).

Jonok Art Studio didirikan dengan tujuan untuk melestarikan seni budaya Kutai, khususnya tarian Jepen. Sanggar ini membina anak-anak dan remaja di berbagai wilayah Samboja agar lebih mengenal budaya Kutai.

"Samboja ini kan sangat beragam, banyak suku yang tinggal di sini, justru anak-anak disini malah banyak yang tak kenal budaya Kutai. Makanya saya coba kumpulkan mereka dan kenalkan lewat latihan tari," tambahnya.

Sabirin bahkan mengikuti berbagai pelatihan dan workshop untuk memperdalam pengetahuannya, termasuk seni tari dan musik tradisional Kutai.

Selain menjadi wadah pembinaan seni, Jonok Art Studio juga menawarkan jasa penampilan tari profesional untuk berbagai jenis acara. Mulai dari festival budaya, acara pernikahan hingga kegiatan lainnya.

Harga penampilan dimulai dari Rp1 juta dan bisa mencapai Rp2,5 juta tergantung paket yang dipilih.

Tidak hanya tarian Kutai, Sabirin dan timnya juga siap menampilkan berbagai tarian daerah lain sesuai permintaan, seperti tari Bugis, Banjar, hingga Dayak.

"Kita fleksibel, untuk festival budaya, kami bawa Jepen. Tapi kalau untuk wedding atau acara lainnya, bisa sesuai permintaan. Yang penting anak-anak tetap bisa tampil dan berkarya, karna penari kami sudah profesional, semua bisa dieksekusi," ucapnya.

Saat ini, Jonok Art Studio memiliki 22 anggota inti yang siap tampil kapan pun dibutuhkan, selain itu ada sekitar 300 penari reguler yang dilatih secara bergilir di berbagai wilayah Samboja, seperti Handil Baru, Sanipah, Kuala, hingga Kampung Lama.

Karena belum memiliki tempat latihan tetap, latihan rutin dilakukan di halaman rumah pribadi Sabirin.

"Anak-anak yang latihan di rumah saya itu gratis. Ini bagian dari komitmen saya supaya semua bisa ikut belajar tanpa terbebani biaya," katanya.

Walaupun begitu, ia mengaku dalam melestarikan kesenian Kutai harus menghadapi beberapa tantangan seperti menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Kutai di kalangan anak-anak yang bukan berasal dari suku Kutai.

"Mereka lebih kenal budaya asal orang tuanya, jadi mengenalkan Jepen itu tidak semudah ngajarin gerakannya, tapi pelan-pelan, setelah mengenal, mereka mulai mencintai," tuturnya.

Jonok Art Studio sendiri sudah banyak tampil di acara besar, salah satu yang paling membanggakan adalah saat mereka tampil di Eroh Bebaya di Yogyakarta , serta dua kali tampil di acara Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 2025, dan di ajang Tenggarong International Folk Art Festival (TIFAF).

"Saya terinspirasi dari Yayasan Gubang yang bisa tampil sampai Eropa, harapan saya, suatu hari Jonok Art Studio bisa juga membawa budaya Kutai sampai ke luar negeri," tutupnya. (*zar)



Pasang Iklan
Top