• Senin, 08 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Ilustrasi Pelecehan Seksual Terhadap Anak(pusiknas.polri.go.id)


TENGGARONG,(KutaiRaya.com): Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kutai Kartanegara (Kukar) merespons terkait kasus pencabulan yang terjadi di Tenggarong belum lama ini.

Mendapati laporan dari masyarakat, Disdikbud telah menurunkan tim koordinator dan pengawas ke sekolah untuk memastikan kebenaran kasus tersebut dan mengambil langkah terbaik.

Sekadar diketahui, pada kasus sebelumnya ada 3 terduga pelaku dan 11 korban anak di bawah umur.

Kasus bermula pada 6 September 2025 sore hari, korban bercerita pada orangtuanya telah mengalami kejadian tindakan asusila yang dilakukan oleh terduga pelaku.

Kepala Disdikbud Kukar, Thauhid Afrilian Noor menegaskan, pihaknya sudah menurunkan tim dengan koordinator Pengawas Sekolah dan Sekretaris Disdikbud ke sekolah yang bersangkutan.

"Saat ini kami masih menunggu hasil dari peninjauan tim, dan ke depan akan ditindaklanjuti. Kalau ada kasus seperti ini, kami minta kepada sekolah agar proaktif, disampaikan kepada pihak yang berwajib, kalau di desa itu ada Polsek, kemudian lapor juga kepada UPT sekarang sudah berubah jadi PLT Korwil dan juga lapor ke dinas melalui bidang, misalnya SD itu lapor melalui ke kepala bidang SD," ujarnya saat dikonfirmasi Kutairaya.com, Senin (6/10/2025).

Dengan adanya laporan itu, kasus atau permasalahan bisa segera ditangani dan mendapatkan solusi terbaik.

Laporan ini harus disampaikan secara berjenjang, yakni kalau di desa atau kelurahan bisa lapor ke Polsek terdekat, karena ini masuknya kriminal.

Jadi kasus asusila itu harus segera dilaporkan, jangan hanya diam.

Kalau tidak berani atau takut ada apa-apa, lapor dulu ke dinas, konsultasi dulu kepada pengawas sekolah atau korwil untuk minta arahan, kemudian bawa ke dinas.

"Kami juga mengimbau kepada orangtua agar tetap tenang, jangan juga mendengar ada kasus ini langsung sibuk sendiri, artinya diperhatikan juga, karena nggak bisa juga jadi tanggung jawab dinas dan sekolah sendiri. Kita bukan sekolah berasrama. Selesai sekolah anak-anak itu pulang, jadi dia tidak hanya sekolah. Kalau di sekolah bisa cepat diketahui masalahnya oleh gurunya," jelasnya.

Sehingga hal ini perlu pengawasan juga dari orangtua, paling tidak memperhatikan tingkah laku anak.

Intinya, kalau tidak ada laporan dari anak-anak, susah juga untuk mendeteksi masalah.

"Artinya kita juga harus melihat kasus per kasus. Saya juga baru dengar dari media kemarin. Dari sekolahnya malah belum menelaporkan, entah kasus ini kejadiannya di sekolah atau gimana kita juga nggak tahu. Maka, tim kemarin sudah turun, tapi masih nunggu hasilnya," tuturnya. (dri)



Pasang Iklan
Top