• Minggu, 21 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Belian Sartin.(Foto: Achmad Nizar/Kutairaya)


TENGGARONG,(Kutairaya.com) : Menjelang Erau Adat Kutai, para tokoh adat yaitu belian pelaku ritual kembali melaksanakan ritual merangin. Merangin merupakan sebuah perjalanan sakral yang menjadi bagian penting dalam rangkaian acara adat, merangin ini sudah dilakukan sejak 17-20 September 2025.

Ritual Merangin dilaksanakan pada malam terakhir sebelum pelaksanaan proses Tepung Tawar Sultan atau Bepelah Sultan, yang menjadi inti dari Erau Kesultanan.

Belian Sartin mengatakan, merangin adalah bentuk penyampaian niat dan permohonan izin kepada para makhluk penghuni alam lain agar acara Erau berjalan lancar.

"Malam ini adalah malam terakhir dari perjalanan kami, kami datang untuk memberi tau kepada para penghuni alam lain bahwa kami akan melaksanakan acara besar, yaitu Erau. Kami sampaikan bahwa ini adalah perintah langsung dari Sultan, dan kami mohon restu mereka," ujar Sartin pada Kutairaya.com di depan Museum Mulawarman, Sabtu (20/9/2025).

Rangkaian menuju Erau telah dimulai sejak tanggal 17 September, ditandai dengan Titik Bande, yaitu pemberitahuan awal kepada seluruh penjuru negeri, baik manusia maupun makhluk alam lain, tentang akan diadakannya acara besar.

"Pada tanggal 18 September, dilaksanakan Penyucian Sultan melalui ritual Beluluh Sultan, untuk membersihkan diri dari energi negatif sebelum menjalani Tepung Tawar Sultan, " katanya.

Setelah itu, dilakukan menjamu benua, yaitu proses mengundang para leluhur untuk datang dan dijamu sebagai bentuk penghormatan, mereka disuguhi makanan dan diajak makan bersama.

"Dengan kita menjamu mereka, kita menunjukkan rasa hormat, harapannya, mereka pun akan menjaga agar tidak mengganggu kelancaran acara Erau ini," lanjutnya.

Usai ritual Merangin, keesokan malamnya masyarakat akan melanjutkan ke tahapan Bepelah Sultan. Dalam proses ini, Sultan akan dibekali kekuatan, karisma, dan kearifan dalam memimpin kerajaan.

Lebih lanjut, ia berharap, agar tradisi seperti ini tidak berhenti pada generasi yang akan datang.

"Kami berharap ada dukungan dari pemerintah baik provinsi, maupun Kabupaten untuk menjaga dan meneruskan tradisi ini, karena kalau tidak ada regenerasi, maka tradisi bisa hilang, padahal ini adalah warisan budaya yang sangat berharga," tutupnya. (*zar)



Pasang Iklan
Top