• Sabtu, 06 Desember 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Sorum Agus Jaya Abadi Motor Tenggarong.(Andri wahyudi/kutairaya)


TENGGARONG,(KutaiRaya.com): Pelaku usaha jual beli mobil bekas di Tenggarong tengah menghadapi masa sulit.

Penurunan minat beli terjadi hampir merata, termasuk di Showroom Agus Jaya Abadi Motor milik Agus Suparto yang berlokasi di Jalan Panjaitan RT 04, sebelah Gang Keluarga, Kelurahan Loa Ipuh, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Agus menyampaikan dirinya telah lama bergelut di dunia otomotif.

Usaha jual beli sepeda motor ia rintis sejak 2006, sementara khusus untuk mobil dimulai pada 2018.

"Saya mulai jual beli motor sejak 2006. Untuk mobil itu baru mulai tahun 2018," ujarnya kepada KutaiRaya.com, Kamis (4/12/2025).

Ia menjelaskan, berbagai jenis mobil ia terima untuk dijual kembali, selama kondisi sesuai dan harga cocok.

Beragam merek dari pabrikan Jepang hingga produk lain tersedia di showroom miliknya.

"Hampir semua jenis mobil ada. Yang penting harganya cocok dan saya ada dana, ya saya beli. Ada Avanza, Xenia, Ertiga, CR-V, Grand Vitara, dan lainnya. Semua merek masuk," tutur Agus.

Adapun kisaran harga mobil yang dijual mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 200 juta, tergantung kondisi kendaraan dan tahun pembuatannya.

"Kalau mobilnya muda, seperti CR-V, Expander, atau HR-V itu biasanya harganya lebih tinggi. Kalau jenis Ertiga atau Avanza lebih terjangkau," tambahnya.

Agus mengemukakan, penjualan mobil di showroomnya sempat menunjukkan tren positif pada awal usaha.

Pada 2018 hingga 2020 grafik penjualan berada di posisi aman, bahkan saat awal pandemi Covid-19 penjualan masih stabil.

Namun, situasi berubah ketika pembatasan wilayah diberlakukan pada tahun-tahun berikutnya.

Pelanggan dari berbagai daerah, seperti Muara Badak, Bontang, dan Kota Bangun tidak dapat datang langsung ke showroom.

"Tahun ketiga Covid itu betul-betul jatuh karena lockdown. Orang mau beli mobil tapi tak bisa datang," kenangnya.

Kondisi kembali pulih pada 2023 hingga 2024. Namun memasuki 2025, penurunan tajam kembali terasa. Bukan hanya di Tenggarong, melainkan secara merata di Samarinda, Balikpapan, hingga Bontang.

"Tahun 2025 ini yang terasa betul. Sekitar tiga sampai empat bulan terakhir penjualan sepi. Kalau awal tahun masih mending, tapi mulai bulan Juni sampai sekarang benar-benar menurun," ujar Agus.

Menurutnya, penjualan lesu berkaitan dengan melemahnya kondisi ekonomi daerah, termasuk dampak turunnya dana perimbangan dan aktivitas pertambangan yang dibatasi.

"Faktor ekonomi besar pengaruhnya. Anggaran daerah menurun, kegiatan tambang juga banyak yang berhenti. Dampaknya terasa sampai ke usaha jual beli mobil," tuturnya.

Penurunan ini, kata Agus, bukan hanya terjadi di Kukar, tetapi juga dialami oleh pelaku usaha otomotif di berbagai daerah di Indonesia.

"Bahkan di Jawa, seperti Kediri Motor dan Prabu Motor juga mengalami penurunan penjualan. Mungkin ini sudah jadi isu nasional," katanya.

Meski penjualan sedang lesu, Agus tetap optimistis bahwa kondisi ekonomi akan membaik pada 2026.

Ia berharap pasar otomotif kembali bergerak sehingga usaha jual beli mobil dapat kembali stabil.

"Semoga 2026 ekonomi kembali bagus, agar penjualan bisa pulih lagi," ucapnya. (dri)



Pasang Iklan
Top