
Progres Pembangunan Taman Musik di Jalan S. Parman Tenggarong.(Foto: Andri Wahyudi/Kutairaya)
TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Sejumlah taman kota di Tenggarong mulai tampil dengan wajah baru, termasuk ruang terbuka yang kini dibangun di bantaran Sungai Mahakam, tepatnya di Jalan S. Parman.
Taman yang mengusung konsep taman musik ini diharapkan dapat menjadi ruang santai baru bagi warga sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian sekitar.
Dengan semakin banyak ruang publik, masyarakat Tenggarong diyakini akan memiliki lebih banyak pilihan untuk menikmati suasana kota, termasuk beraktivitas di tepi sungai.
Keberadaan taman baru ini juga membuka peluang pengembangan kegiatan ekonomi kreatif di kawasan bantaran sungai.
Kabid Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kukar, Awang Agus Yahbandi, menjelaskan, pembangunan taman tersebut memang dirancang dengan tema musik dan telah mencapai progres 95 persen.
“Taman itu adalah konsep taman musik. Di dalamnya akan dibangun miniatur melodi, gambar-gambar alat musik, serta patung-patung bertema musik. Sekarang progresnya sudah hampir 95 persen, meski keseluruhan konsep belum sepenuhnya selesai karena keterbatasan anggaran sebelumnya,” ujarnya.
Ia mengatakan, bagian taman yang berada di sisi Jalan S. Parman telah rampung, sedangkan area di Jalan Kartini akan dilanjutkan setelah pembangunan jembatan selesai.
“Di Jalan Kartini juga ada turap yang nantinya dibangun taman. Kemarin pelaksanaannya tertunda karena bersamaan dengan pembangunan jembatan. Tapi insyaallah Taman Musik selesai pada Desember ini,” tambahnya.
Awang Agus menjelaskan, pembangunan taman tersebut juga bertujuan memecah titik keramaian yang selama ini terpusat di Taman Tanjung.
Nantinya, fasilitas tambahan, seperti dermaga dan perahu, akan disiapkan agar masyarakat bisa menikmati panorama sungai.
“Wacananya nanti ada perahu untuk masyarakat yang ingin menikmati sungai. Di lokasi itu juga ada dermaga yang bisa digunakan untuk bersantai, bahkan bisa menjadi tempat kegiatan musik karena akan dibangun tribun, seperti teras di Samarinda,” tuturnya.
Ia menegaskan, meskipun taman musik merupakan bagian dari proyek pembangunan turap, keberadaannya menjadi nilai tambah bagi masyarakat.
“Mayoritas kegiatannya adalah pembangunan turap sungai untuk menyelamatkan kondisi pinggir sungai dari abrasi. Taman ini hanya pendukung, tapi kami manfaatkan agar masyarakat bisa mencari hiburan. Masuknya gratis, silakan digunakan. Soal pengelolaan parkir atau jika nanti menjadi PAD (Pendapatan Asli Daerah), itu kewenangan dinas terkait seperti pariwisata atau perhubungan,” ujarnya.
Awang Agus berharap kawasan ini dapat menarik minat pelaku usaha untuk membuka stan atau booth kuliner.
“Siapa tahu nanti ada investor yang ingin membuat tempat ngopi di perahu. Semua tergantung pengelolaan ke depannya,” tuturnya. (Dri)