• Jum'at, 12 September 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Abdurrahman bersama rekannya di Kaltim Expo.(Foto:Siti Khairunnisa/Kutairaya)


SAMARINDA (Kutairaya.com): Aroma manis madu dari stan Istana Lebah Balikpapan di Kaltim Expo 2025 berhasil memikat pengunjung. Namun, di balik setiap botol madu yang tersaji, ada kisah panjang Abdurrahman Mochtar yang telah lebih dari dua dekade bergelut dengan dunia perlebahan.

“Awalnya tahun 1998 saya mulai mengenal lebah melalui pelatihan di berbagai daerah. Pemerintah Kota Balikpapan dulu memfasilitasi belajar di Pusat Perlebahan Pramuka Jawa Tengah untuk apis mellifera, kemudian di Makassar untuk trigona, dan di Batu Malang,” ucap Abdurrahman, Rabu (27/8/2025).

Kini ia membudidayakan tiga jenis lebah, yakni apis dorsata atau lebah hutan, apis mellifera, dan trigona yang berukuran kecil. Untuk mendapatkan madu hutan, perjuangannya tidak ringan.

Abdurrahman bersama tim harus memanjat pohon setinggi 60–70 meter di Batu Dinding, Hutan Lindung Sungai Wain, hingga Kedang Ipil.

“Apis mellifera rata-rata 8 kilo per kotak, sedangkan apis dorsata dari satu sarang bisa 30 kilo per tahun,” jelasnya.

Selain madu, lebah juga memberi manfaat lain. Lilin lebah ia olah menjadi berbagai produk turunan, mulai dari minyak rambut, kosmetik, hingga bahan membatik.

“Permintaan ada dari Pekalongan sampai Malaysia dan Singapura,” ujarnya.

Produk Istana Lebah hadir dalam berbagai ukuran, mulai botol 50 ml seharga Rp15 ribu hingga satu kilogram Rp200 ribu. Pasang surut permintaan pernah ia rasakan, bahkan saat pandemi penjualan justru melonjak.

“Kalau dulu sebulan paling Rp3 juta, sekarang bisa Rp60 juta. Saat pandemi malah pernah Rp200 juta, dan di salah satu pameran penjualan tembus Rp700 juta,” ungkapnya.

Kini Abdurrahman juga mengandalkan pemasaran daring dengan nama Istana Lebah Balikpapan.

“Di Balikpapan dan Samarinda kami punya stok, dan online bisa dipesan lewat marketplace dengan nama Istana Lebah Balikpapan,” pungkasnya. (skn)



Pasang Iklan
Top