• Jum'at, 17 Oktober 2025
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur



Lahan pertanian milik Jasman, petani di Kelurahan Maluhu.(Achmad Rizki/Kutairaya)


TENGGARONG, (KutaiRaya.com): Kelurahan Maluhu menjadi sentra produksi pertanian di Kecamatan Tenggarong. Kebanyakan warga di kelurahan tersebut menggeluti usaha di sektor pertanian. Salah satunya adalah Jasman, warga Maluhu yang sejak 1999 jadi petani.

Dalam membangun pertanian menurut Jasman tak mudah, awalnya ia membuka lahan tidur untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanuan yang luasnya kisaran 1 hektare. Pertanian yang ia jalani pertama kalinya ialan menanam padi sawah, kemudian pindah ke sistem hortikultura, lalu ia mencoba usaha peternakan namun tak begitu berkembang kemudian kembali ke pertanian hortikultura.

"Pertanian padi sawah ini resikonya besar, sehingga tak sesuai dengan biaya produksi," kata Jasman kepada Kutairaya, Sabtu (2/8/2025).

Pada 2010, Jasman mulai beralih ke pertanian hortikultura. Sementara pertanian yang ditamam ialah seledri atau daun sop. Pertanian ini dinilai sangat menjanjikan dan masa panen hanya sebentar.

Tanaman seledri ini memerlukan sekitar 1 bulan untuk bisa dipanen. Dengan luasan sekitar 1 hektare, seledri yang dihasilkan bisa mencapi sekitar 50 kilogram setiap harinya. Penanaman seledri ini dilakukan secara bertahap, sehingga bisa dilakukan panen secara rutin.

"Perawatan seledri ini sangat mudah, dan harga jualnya minimal Rp 40 ribu perkilogram saat harga anjlok. Jika barang kosong bisa mencapai Rp 90 ribu perkilogram," sebutnya.

Pada 2024, Jasman mengalami tantangan besar terkait pertanian seledri ,sehingga membuat gagal panen yang disebabkan oleh virus dan penyakit.

Awalnya ia telah meduga bahwa seledri yang ditanam ini bakal gagal panen. Sebab dilihat dari pertumbuhan seledri sudah tak maksimal mulai dari usia, daun keriting menguning, dan lainnya.

Keluhan ini telah dikoordinasikan dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) sebagai keperpanjangan Dinas Pertanian dan Peternakan. Namun PPL sendiri tak mengetahui persis terhadap penyebab dari kendala itu.

"Dari sini saya mulai merugi lumayan, karena pertanian seledri hanya sedikit saja yang bisa dipanen," jelasnya.

Meskipun mengalami kegagalan dalam bertani, Jasman masih memiliki semangat tinggi untuk mengembangkan sektor pertanian. Dirinya nekat meminjam modal usaha ke bank, untuk mengembangkan pertanian.

Peminjaman kredit itu mencapai Rp 150 juta. Uang itu dugunakan untuk menaman berbagai jenis pertanian baik jagung, sawi pahit, sawi manis, sawi sendok dan bawang rambut. Untuk tanaman sawi telah dirasakan panennya.

"Sekali panen sawi ini bisa mencapai sekitar 50-60 ikat. Per ikat diharga Rp 7-9 ribu," ucapnya.

Ia mengaku sangat jauh perbedaanya antara menanam seledri dan sawi. Menanam sawi ini hanya sebagai pengalihan virus saja, nantinya kembali ke pertanian seledri.

"Setelah ini saya kembali menanam seledri, menanam sawi ini untuk pengalihan virus. Saya rasa gagalnya seledri ini dipengaruhi oleh virus yang berasal dari tanah," tukasnya. (ary)



Pasang Iklan
Top