
TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Suasana duka menyelimuti prosesi pemakaman mantan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Drs. H. Awang Faroek Ishak, di Kuburan Muslimin Kelurahan Sukarame, Kecamatan Tenggarong, pada Senin (23/12/24).
Awang Faroek Ishak, yang menjabat sebagai Gubernur Kaltim periode 2008-2018, mengembuskan napas terakhir di usia 76 tahun pada Minggu (22/12/24) pukul 21.00 WITA di RSUD Kanujoso Djatiwibowo. Selain dikenal sebagai seorang akademisi, politikus, dan birokrat, almarhum juga merupakan Anggota DPR-RI sejak 2019 hingga 2024, mewakili daerah pemilihan Kalimantan Timur dari Partai NasDem.
Rangkaian prosesi dimulai dari rumah duka di Jalan Sei Barito, Samarinda, pada pukul 09.48 WITA. Jenazah kemudian dibawa ke Masjid Pemprov Kaltim di Jalan Jenderal Sudirman untuk dishalatkan. Tepat pukul 10.14 WITA, upacara pelepasan jenazah dilaksanakan di Kantor Gubernur Kalimantan Timur.
Upacara pelepasan tersebut dipimpin oleh Pj. Gubernur Kaltim, Dr. Drs. Akmal Malik, M.Si, dan dihadiri sekitar 300 pelayat. Dalam amanatnya, Akmal Malik menyampaikan rasa kehilangan yang mendalam atas wafatnya Awang Faroek.
"Kami mewakili masyarakat Kalimantan Timur turut berduka cita atas meninggalnya Drs. H. Awang Faroek Ishak. Beliau adalah pemimpin yang telah banyak berjasa bagi kemajuan provinsi ini. Dedikasi beliau akan terus kita kenang sepanjang masa," ujar Akmal Malik.
Upacara pelepasan juga diisi dengan pembacaan riwayat hidup almarhum, penyerahan jenazah dari pihak keluarga kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, serta penghormatan terakhir. Jenazah kemudian diberangkatkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Tenggarong.
Masyarakat dari berbagai kalangan turut hadir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. Sosok Awang Faroek dikenal sebagai pelopor pembangunan yang berdedikasi tinggi demi kemajuan Kalimantan Timur.
Selama kepemimpinannya, ia meninggalkan warisan berupa infrastruktur strategis, kebijakan pro-rakyat, dan langkah-langkah strategis dalam mempersiapkan Kalimantan Timur sebagai bagian penting dari pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Langit Kalimantan Timur seolah turut menyaksikan momen duka ini, mengiringi kepergian seorang putra terbaik ke tempat peristirahatan terakhirnya. Kepergian Awang Faroek tidak hanya meninggalkan duka yang mendalam, tetapi juga kebanggaan atas jejak pengabdian yang telah ditinggalkannya. (Dri)