• Minggu, 28 April 2024
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Diskominfo Kabupaten Kutai Kartanegara



Bupati Kukar bersama petani milineal Desa Bendang Raya Tenggarong.


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah mengungkapkan, telah lama mendengar kesuksesan petani milenial di Desa Bendang Raya Kecamatan Tenggarong, salah satunya yaitu Ridho Mahathir 24 tahun.

Ia mengatakan, usaha para pemuda ini luar biasa. Ridho dan kawan-kawan dianggap bagian dari solusi minimnya regenerasi petani di Kukar. Diketahui bersama bahwa, Kukar adalah Kabupaten dengan potensi pertanian terbesar di Kalimantan Timur.

"Tentu ini sejalan dengan program pemerintah daerah. Kukar memiliki program Petani Milenial, buang pikiran malu dengan usaha pertanian. Dahulu, pertanian identik dengan basah-basahan dan kotor. Tapi sekarang, sudah bergeser dengan manajemen dan teknologi modern," kata Edi kepada media di lahan pertanian milik Ridho Selasa (30/11/2021).

Dalam program strategis pertanian di Kukar, Edi memastikan dalam pembangunan Kukar Idaman 2021-2026 Pemkab Kukar mendukung dan fokus mengembangkan sektor pertanian. Program Petani Milenial, contohnya, mulai berkembang di Kecamatan Marangkayu, Muara Jawa, dan Anggana. Ditambah dari Desa Bendang Raya di Tenggarong.

"Kami secara bertahap terus berupaya membantu petani dengan peralatan dan sarana produksi pertanian. Dan bukan hanya di Bendang Raya, petani milenial di Muara Jawa malah mampu membeli mobil mewah setelah panen," ujarnya.

Ia menambahkan selaku Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), berpesan jangan tergantung pada satu komoditi tetapi harus membaca peluang pasarnya, jadi berkelanjutan menanamnya , dari dinas pertanian dan PPL terus memberikan edukasi, bagaimana tekis berbudidaya, perhitungan ekonomi,dan harus sampaikan dengan baik. Pertanian akan terus tumbuh karena sekarang statusnya 14 persen kontribusi sektor pertanian pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Sementara itu Ridho Mahathir mengatakan, sudah sejak 2017 mulai bertani. Awalnya mengetahui sejumlah teori pertanian, bertemu dengan tiga orang.

Mereka adalah Ardiansyah 28 tahun, Juari 31 tahun, dan Mujianto 39 tahun. Mereka seringkali berkumpul dan bertukar pendapat mengenai usaha tani, setelah itu muncul keinginan untuk bertani.

"Pada saat itu saya meminjam lahan dari saudari ibu dengan luasnya 1 hektare di Desa Bendang Raya, Tenggarong. Saya membuka lahan 15 meter x 10 meter dan mulai menanam 150 pohon cabai. Pada panen pertama, harga cabai sedang tinggi hingga Rp 100 ribu per kilogramnya. Pendapatan pun lumayan besar, sampai Rp 6 juta. Padahal, modalnya hanya benih dan perawatan secukupnya," tutur Ridho.

Melihat potensi pasarnya yang menjanjikan, Dirinya bersama ketiga temannya menggarap lahan 1 hektare lagi. Tanaman yang mereka pelihara bervariasi, disesuaikan siklus tanam dan permintaan pasar. Kebanyakan hortikultura seperti sawi, tomat, sayur kol dan cabai. Hasilnya luar biasa. Sekali panen, bisa mencapai 10 ton dengan pendapatan menyentuh Rp 60 juta. Untuk pemasarannya di Tenggarong, Samarinda, Balikpapan, Bontang, hingga Banjarmasin, dan Palu. (*dri/adv)

Pasang Iklan
Top