• Sabtu, 27 Juli 2024
logo
DPRD Provinsi Kalimantan Timur

Diskominfo Kabupaten Kutai Kartanegara



Kepala Dinas Koperasi dan UKM (DiskopUKM) Kukar, Tajuddin


TENGGARONG, (KutaiRaya.com) Perkembangan Rumah Produksi Bersama (RPB) di Desa Jonggon, Kecamatan Loa Kulu sampai saat ini belum bisa produksi. Hal ini dikarenakan ada beberapa sarana dan prasarana pendukung yang harus dibenahi agar sesuai dengan standar Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Kepala Dinas Koperasi dan UKM (DiskopUKM) Kukar, Tajuddin mengatakan bahwa beberapa waktu lalu DiskopUKM Kukar mendapat pendampingan dari BPOM Samarinda yang sudah mendapat rekomendasi dari BPOM pusat langsung ke supervisi untuk mengawal RPB di Jonggon.

"Dari pendampingan tersebut, RPB ada yang harus dilengkapi dan harus dibenahi. Terutama tempat penampungan bahan baku jahe. Makanya kita sudah mengusulkan dan alhamdulilah kita sudah mendapat persetujuan untuk APBD-P untuk menambah penguatan didalamnya. Karena RPB itu dalam bentuk gudang saja." kata Tajuddin Selasa (1/8/23).

Tajuddin mengungkapkan, sekarang sesuai arahan BPOM, setiap mesin itu ada sekat-sekat pembatas supaya tidak semua orang bisa masuk. Kemudian dari kontruksi yang ada itu ada wc di dalam. Dimana sesuai aturan wc itu tidak boleh ada di dalam, berhadapan langsung dengan mesin produksi sehingga itu harus disekat.

"Kami mengusulkan membuat wc di luar, tidak merubah kontruksi tapi manambah saja. Termasuk rencana yang sudah kita usulkan ada solar dryer (pengering matahari) di belakang RPB, begitu juga kita bahan baku jangan langsung masuk pabrik tapi ditampung dulu." jelasnya.

Tapi prinsipnya yang penting ada proses dari bahan baku menjadi barang siap jual. Paling tidak disamping mengolah jahe dari masyarakat yang pertama agar hasil petani itu bisa ditampung jadi olahan.

Walaupun barang setengah jadi, misalnya dalam bentuk jahe kering, ada juga tepung jahe, kalau minyak jahe nanti dilihat ada tidak prospeknya. Misalkan harga pasaran tidak ada marginnya percuma.

"Kita berharap nanti dampak dari adanya pabrik itu walaupun belum bisa produksi sudah mempengaruhi semangat masyarakat, harga juga sudah mulai naik dulunya hanya Rp 6.000 sekarang sudah Rp 15.000 per kg dan tumbuh penanam jahe baru." pungkasnya. (*dri)

Pasang Iklan
Top